Seorang pemuda bernama M. Dian Prana baru lulus dari pondok pesantren, dia memberanikan dirinya untuk meminang wanita dambaannya yang bernama Muna Ratu Gadis. Entah apa yang menyebabkan dia berani untuk segera melepas masa lajangnya, padahal pekerjaan belum didapat, penghasilan belum terlihat, sang calon belum tentu menirima karena belum kenal dekat, namun dengan nekat memintanya untuk menemani hidupnya setiap saat, dengan keyakinan yang mantap hatinya bermunajat, bila tujuan hidup berumah tangga mencari ridha Allah insyaAllah akan bahagia dunia akhirat.
Acara lamaran berjalan lancar, ternyata sang calon mertua yang sudah kenal dekat dengan pemuda ini, dengan senang hati menerima kedatangannya .
Keesokan harinya, keluarga Gadis bermusyawarah. Paman memulai pembicaraan, menanyakan asal usul pemuda tersebut, lengkap dengan sederet pertanyaan tentang pendidikannya, pekerjaannya dan siapa orang tuanya dan lain sebagainya. Ayah gadis menjelaskan sedikit tentang asal usul pemuda tersebut. Dengan nada yang agak tinggi paman berkata. “Kita harus hati-hati dalam memilih jodoh, harus tau babat bobot dan bibitnya, agar tidak ada penyesalan dikemudian hari.”
Ayah Ibu gadis meyakinkan semua kerabat bahwa pemuda tersebut memang layak untuk dijadikan mantu.
‘Kami tidak mencari mantu yang kaya raya, atau pejabat Kaaa! karena kekayaan bisa habis, jabatan pasti berakhir pada masanya. Yang kita lihat pribadinya, bisakah Dia menjadi imam yang baik untuk Gadis, karena kebahagiaan itu tidak tergantung pada harta, tapi lahir dari jiwa.”
“Pemuda itu belum punya pekerjaan dan penghasilan, tapi kami yakin Dia mampu menjadi imam yang membuat Gadis bahagia dunia akhirat”. Semua anggota keluarga terdiam. “Tapi” kata Paman. “Sebelum menerimanya kita lihat dulu hasil istikharah nanti,” Kemudian semua keluargapun setuju.
Dengan meminta petunjuk kepada sang khalik lamaran diterima, Pernikahan dilaksanakan dengan meriah. Mertuanya meminta untuk tinggal bersama, dan memberikan sepetak sawah untuk dikelola. Suami istri ini hidup dengan rukun, saling pengertian, banyak atau sedikit rizeki yang mereka dapat tetap puji syukur yang mereka ucap.
Namun tidak ada bahtera rumah tangga yang sedang berlayar di samudera kehidupan, yang tidak diterpa gelombang, tinggal dikampung yang berbeda dengan adat istiadat dan kebiasaan yang juga berbeda, menjadikan sosok pemuda yang berpengetahuan agama ini jadi sorotan. Berbagai masalah bermunculan. Sedikit salah kata berbuntut cerca , sedikit salah berbuat dapat hujat. Anehnya hujatan, cercaan kerabat dan masyarakat tidaklah menjadikan pemuda ini guyah, semua dianggap biasa, seolah tidak terjadi apa-apa, entah hatinya terbuat dari apa, malah semuanya dibalas dengan senyuman dan kebaikan.
Suatu hari , sang Isteri yang lagi hamil muda bertanya, Mas! Kenapa tidak menerima tawaran untuk mengajar? sudah banyak yang meminta, sayang ilmunya kalau disimpan sendiri.
Pemuda itu tersenyum mendengar ucapan isteriinya, nanti ada saatnya Dik. Sekarang Mas ingin merasakan bagaimana romantika menjadi seorang petani yang merangkap jadi koli dan buruh.
Sang Isteri terdiam, bayangannya tiba:tiba teringat pada kisah Rasulullah yang awalnya menjadi seorang pengembala dan pedagang. “Apakah suamiku akan jadi pemimpin umat dimasa depan, pola pikirnya yang unik, tidak semua orang menolak kesempatan dan peluang demi untuk merasakan bagaimana hidup serba kekurangan, dan susahnya mendapatkan rupiah untuk mencukupi kebutuhan.” Lamunannya tiba-tiba buyar ketika tepukan lembut tangan suaminya kepundaknya, sambil berkata, “Nikmati apa yang sekarang Allah berikan, semoga ini merupakan proses untuk lebih baik dimasa depan, “Aamiin” jawab sang Isteri.
Proses melahirkan tidak sesuai yang diharapkan. Dari pagi sampai jam 22.00 tidak ada tanda-tanda kelahiran, Gadis sudah sangat lemah, sudah diadakan tindakan sesuai prosudur , tapi tidak ada reaksi. Bu Bidan menyampaikan bahwa Gadis harus dibawa ke rumah sakit dan menjalani operasi sesar.
Semua padi yang lama dinanti terjual untuk biaya persalinan, Gadis mengalami infeksi dan masih memerlukan perawatan, sedangkan uang tabungan tidak ada. “Masih ada kapal kecil yang biasa digunakan untuk pergi kesawah kata Dian, nanti dijual untuk biaya pengobatan.”
Namun apalah daya untung tak bisa diraih, malang tak bisa ditolak, malam harinya kapal raib, digundul maling. Mengetahui kapalnya hilang, pemuda ini terdiam sejenak, dihatinya berusaha menerima taqdir yang Allah berikan dengan ikhlas, semua adalah pemberian Allah, akan diambil sesuai kehendaknya, inilah taqdir yang terbaik untuk kami, seraya membaca “ Lahaula wala kuwwata illa billahil ‘aliyil Azdiim “ berulang-ulang dan mengharap akan mendapat anugerah atas segala musibah.
Gadis berkata pada suaminya, Mas! “Jual saja cicin dan anting ini untuk biaya pengobatan,” dengan berat hati suaminya akhirnya menjual cincin kawin dan anting sang Isteri, berangkatlah mereka kerumah sakit. Dirumah sakit bertemulah mereka dengan keluarga Dian, pak Mu’in yang sukses merantau dinegeri tetangga. Beliau memberikan sejumlah uang kepadanya dan menawarkan pekerjaan, namun karena Gadis masih belum sembuh Dian minta waktu.
Setelah setahun lebih lima bulan, pak Mu’in datang menjemput mereka.
Dengan perjalanan yang melelahkan sampailah mereka di rumah pak Mu’in. Dua hari kemudian pak Mu’in mengantar mereka ketempat kerja, semua fasilitas disediakan ( tempat tinggal, peralatan tidur serta perabotan rumah tangga, dan sejumlah uang untuk belanja).
Karena sikap Dian yang ramah, ulet dan disiplin dan pantang menyerah, bijaksana dalam bertindak dan terus belajar untuk memperbaiki diri, serta mau melanjutkan pendidikan sampai selesai maka diangkatlah Dian menjadi pimpinan.
Jadi setiap orang yang memiliki fondasi keimanann yang kuat akan dapat menahan beban hidup yang berat,dan tabah dalam menerima cobaan, dan orang yang selalu baik sangka dengan takdir yang Allah berikan, yakin semua yang terjadi itu yang terbaik baginya dan selalu tawakkal pada Allah, InsyaAllah akan mendapat barakah.
Surah Ath-Thalaaq ayat 3:
Artinya: “Dan barangsiapa yang bertawakkal kepada Allah niscaya Allah akan mencukupkan (keperluan) nya.”
Rumnah adalah seorang wanita yang lahir dari seorang ibu yang bernama Salmah
Ayahnya bernama Humberi, hidup ditengah keluarga yang sederhan, dan memiliki
keinginan untuk menabur manfaat bagi orang lain.